Tuesday 29 December 2015

[review] Cheerboy!! by Asai Ryo


Judul : Cheerboy!!
Penulis : Asai Ryo
Penerjemah: Faira Ammadea
Penerbit : Penerbit Haru
Tahun Terbit : 2013
Cetakan : Kedua
Spesifikasi : 20 cm, 428 halaman
Jumlah Bab : 10 bab
Harga : Rp. 58.000,-
Durasi Baca : 10-20 November 2015
Kepemilikkan : Meminjam dari Dhenda Fildza
Rate : 4.25 of 5 ^^
.
.

Sinopsis;


“Cheerleader … biasanya cewek yang melakukannya, kan?”
Haruki cedera.
Cowok itu menggunakan cederanya sebagai alasan untuk berhenti dari Judo karena menyadari batas kemampuannya. Padahal Haruki lahir dalam keluarga pejudo dan kakak perempuannya selalu jadi pemenang dalam setiap kejuaraan Judo.
Kazuma, teman sepermainan Haruki tiba-tiba ikut berhenti Judo dan menyarankan hal gila. Mereka akan membentuk tim cheerleading cowok!! Padahal, olahraga itu kan olahraga cewek!
Tapi, saat anggota berhasil mereka kumpulkan, ternyata mereka adalah cowok-cowok dengan masalah masing-masing.
Saat masalah itu saling berbenturan, akan cheerleading bisa membuat mereka tetap bersatu? Akankah cheerleading bisa menyelesaikan semua masalah?


.
.

Dirinya yang tidak bisa tampil dalam pertandingan. Dirinya yang tidak mampu menjadi pemeran utama. Jadi, yang bisa dilakukan hanya memberikan dukungan. (p. 69)


Haruki lahir dari sebuah keluarga judoka. Dia memiliki seorang kakak perempuan—Haruko, atlet judo yang dibanggakan keluarganya, sementara itu keluarganya memiliki sebuah judo. Karena mengalami cedera, Haruki tidak bisa melakukan olahraga tersebut dan keinginannya untuk kembali semakin meredup. Ketika Haruki memutuskan untuk keluar dari judo, Kazuma, sahabatnya sejak kecil juga melakukan hal yang sama. Kazuma pun menawarkan Haruki untuk membentuk sebuah tim cheerleader yang anggotanya cowok semua. Keputusan tersebut membuat hubungan Haruki dengan kakaknya merenggang.


Kali ini gilirannya untuk menyokong Haruko, sebagai balasan kekuatan yang didapatkannya saat melihat sosok sang kakak dalam kostum judo. (p. 362)


Haruki bersama dengan Kazuma mulai menyebarkan pamflet untuk mendapatkan anggota tim yang baru. Tanpa mereka sadari, beberapa orang mulai tertarik pada tim mereka dan mereka pun mendapatkan anggota baru. Yang pertama, Mizoguchi Wataru—seorang mahasiswa yang suka mengutip perkataan tokoh terkenal, yang kedua, Toono Kooji—seorang mahasiswa bertubuh gempal yang memiliki hobi makan.  Sementara itu, ketika mereka berlatih, mereka menemukan Ichiro dan Gen, dua sahabat yang memiliki kemampuan fisik baik. Kemudian, Sho adalah anggota ketujuh yang bergabung—ia sendiri adalah seorang pemuda dengan kemampuan cheerleading yang sangat baik dibandingkan anggota  yang lain, namun ia memiliki masalah yang menyulitkannya untuk kembali aktif di dunia cheerleading. 

Setelah anggota mulai terkumpul, mereka mulai berlajar dari video-video cheerleading milik mendiang ibu Kazuma. Latihan tersebut tidak berjalan mulus karena banyaknya hal mengenai cheerleading yang belum mereka ketahui juga banyaknya gerakan yang sulit mereka pelajari. Namun, di balik kerasnya latihan tersebut, persahabatan mulai tumbuh di antara tujuh orang pemuda itu. Mereka pun menamai tim mereka dengan nama—BREAKERS, karena mereka memiliki masalah yang ingin mereka hancurkan.


Memang masih banyak yang belum dipahami. Kadang Haruki masih berpikir mengapa mereka melakukan semua ini. Mengapa dirinya ingin melakukan olahraga pemandu sorak, mengapa dirinya bisa berada di tim ini, mengapa dirinya rela bersimbah keringat setiap hari dan berteriak-teriak hingga tenggorokkan serak, mengapa ia rela tubuhnya babak-belur. Dan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan di tengah penampilan selama 2 menit 30 detik itu. (p. 157)


Setelah tim BREAKERS semakin maju, mereka pun mendapat tambahan anggota baru dan pelatih sehingga mereka bisa memenuhi kualifikasi untuk mengikuti turnamen cheerleader. Beserta dengan bertambahnya anggota, BREAKERS pun menghadapi masalah yang lebih kompleks; selain masalah pribadi, masalah antar tim juga menghiasi perjalanan mereka menuju waktu pertandingan.

Akankah mereka bisa ikut berkompetisi? Akankah cheerleader bisa menyelesaikan semua masalah?
.
.
.

Tidak ada artinya bila penonton tidak bisa menikmati. Cheerleading adalah satu-satunya cabang olahraga di mana sang atlet harus menebar senyum pada penonton. Tapi, tetap saja, sia-sia andai senyum itu tidak muncul dari lubuk hati. (p. 211)

.
.
.


Baca selengkapnya pada novel Cheerboy! karya Asai Ryo ini! ^^


.
.
Cheerboy!! Adalah salah satu novel J-Lit (terjemahan dari Jepang) yang diterbitkan Penerbit Haru. Novel ini juga novel pertama Asai Ryo yang saya baca. Novel ini mengambil tema tentang olahraga, keluarga, romansa, dan persahabatan. Dari judul dan sinopsis sendiri sebenarnya tergambar apa yang menjadi inti dari cerita ini: cowok-cowok yang membentuk sebuah tim cheerleader. Tema yang ditawarkan sangatlah unik. Asai Ryo-san mampu meramu ide tersebut menjadi sebuah cerita yang baik. Terjemahan dari Kak Faira Ammadea juga sangat luwes.
Untuk plot sendiri dimulai dari Haruki yang mengalami cedera dan Kazuma yang mengajaknya untuk membentuk sebuah team cheerleader yang semua anggotanya lelaki. Banyak konflik yang terjadi di sini, seperti Haruko yang menjauhi Haruki, tim yang dibentuk masihlah terdiri dari orang-orang yang amatir dan masalah pribadi tiap anggota menjadi permasalahan yang menghiasi buku ini. Selain itu, persahabatan yang berkembang dari tim yang awalnya hanya beranggotakan tujuh orang hingga enam belas orang ini bisa tergambar dengan baik—tidak dipaksakan, namun mengalir sejalan dengan kedekatan yang tercipta dari aktivitas yang mereka lalui bersama. Dalam novel ini Asai Ryo-san juga banyak menjelaskan mengenai teknik-teknik cheerleader yang menambah pengetahuan pembaca. Adanya ilustrasi pada halaman depan juga sangat membantu pembaca untuk memahami penjelasan teknik tersebut. 
Total akhir anggota dari tim BREAKERS sendiri adalah enam belas orang. Ditambah dengan karakter di luar tim seperti Chihiro, Haruko dan pelatih membuat cerita ini semakin semarak—namun kelemahannya, sulit untuk mengingat seluruh karakter. Untungnya karakter-karakter tersebut ditampilkan dengan memiliki karakter yang unik hingga setidaknya pembaca bisa membedakannya satu sama lain. Namun, bagi saya pribadi, anggota awal BREAKERS yang paling memorable karena mereka memang banyak dibahas sebelumnya :”) tokoh favorit saya adalah Kazuma. Menurut saya, dia adalah cowok yang begitu manis dan tetap berusaha untuk ceria walaupun masalah yang dia miliki memang cukup berat :’)
Banyak hal menarik yang disajikan Ryo-san dalam cerita ini, termasuk unsur romansa yang manis (namun diakhiri dengan plot twist tidak terduga), plot twist mengenai alasan Kazuma mendirikan tim cheerleader dan bagaimana sang pelatih mencoba untuk membangun tim yang mayoritasnya terdiri dari mereka yang masih amatiran. Yang tentunya menjadi bagian favorit saya dalam novel ini adalah saat sang pelatih menyuruh mereka menukar catatan harian dengan teman masing-masing—it’s sooo heartwarming. Saya suka dengan persahabatan yang terbangun di antara mereka.
Membaca kisah ini, saya merasa sedang menonton anime ataupun manga olahraga. Sayangnya, menurut saya, plot dalam novel ini menurut saya bergerak terlalu lambat ;;; selain itu, banyak dijelaskan bagaimana tim ini berlatih, namun karena saya tidak terlalu paham mengenai cheerleader dan penjelasan yang ada kurang tergambar dalam benak saya, jadilah saya cenderung bosan ketika sedang menceritakan sesi latihan tersebut.
Namun, secara keseluruhan, ini merupakan novel bertemakan olahraga pertama yang saya baca dan saya menyukai bagamana penulis mampu mengangkat tema yang unik dalam ceritanya. Dari karya ini saya mendapatkan nilai bahwa melakukan sesuatu yang berasal dari hati tentunya akan membahagiakan namun kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika apa yang kita lakukan tersebut bisa membahagiakan orang lain.
.
.
.
.
Baiklah, sekian review novel Cheerboy!! dari saya!
Tertarik untuk membaca novelnya? BURUAN BACAAA! :”)))))
Sudah membacanya? Yuk atuh kita FANGIRLING-an! :”)))))))))))
.
.
.

“’Mendukung seseorang dari belakang akan menjadi kekuatan dalam diri sendiri’…,” kata Haruki dengan suara yang lirih. (p. 54)

.
.






0 comments:

Post a Comment