Thursday 22 October 2015

[Review] Bi! by Fei





Judul                       : Bi!
Penulis                    : Fei
Penerbit                  : Penerbit Haru
Tahun Terbit            : 2013
Cetakan                  : Pertama
Spesifikasi              : 19 cm, 280 halaman
Jumlah Bab             : 17 (termasuk prolog dan epilog)
Harga                     : Rp.45.000,-
Durasi Baca             : 17-21 Oktober 2015
Kepemilikkan          : Meminjam dari Dhenda Fildza
Rate                       : 4.5 of 5 ^^
.
.
Sinopsis;


“Hoi! Hoi! Maafkan aku. Aku benar-benar tidak bermaksud menakutimu,” ucapnya penuh penyesalan.
Lagi-lagi ia ceroboh menampakkan wujud aslinya. Tidak mudah memang untuk mencoba bergaul dengan manusia ketika dirinya memiliki sepasang bola mata yang mencuat, kulit wajah yang kemerahan, serta sepasang tanduk di kepala. Gadis yang melihatnya malah pingsan ketakutan. Padahal gadis ini baru saja membebaskannya dari sebuah bel angin yang mengurungnya selama 400 tahun. Ia harus segera mengubah wujudnya agar bisa diterima manusia.


Pemuda berwajah cantik itu bilang dia adalah ‘dokkaebi’ dan mengaku bernama ‘Bi!’. Dia pasti pemuda gila, kan? Di dunia modern begini siapa sih yang percaya kalau dokkaebi—makhluk yang terdapat di cerita dongeng Korea—itu benar-benar ada?
Parahnya lagi, dokkaebi itu bertekad membalas dendam pada Jo Hyuk—teman Min Jeong sejak kecil—yang menurutnya telah menyebabkannya dikurung selama empat ratus tahun. Min Jeong tahu ia harus segera bertindak!


.
.
.

Hal ini dirasanya benar-benar tidak masuk akal. Kenapa ia harus terlibat dengan hal aneh seperti ini? Memang apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini sebenarnya hanya sebuah mimpi yang sangat panjang? Andai saja demikian, mimpi ini terasa begitu nyata (p.113).


Min Jeong adalah seorang gadis pekerja keras dan mandiri. Sudah lama ia tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya larut dalam kebiasaan judi dan mabuk. Ia hanya memiliki Hyuk, sahabat lelakinya sejak kecil dan Ae Ri, yang memiliki perasaan pada Hyuk. Cerita dimulai ketika ia mendapatkan sebuah bel angin dari bibi Song. Ketika Min Jeong hendak memasangkan bel angin itu pada hanok—rumah tradisional Korea—nya, ia tak sengaja melukai dirinya dan terhuyung jatuh. Namun, sosok yang muncul dari bel angin tersebut menolongnya. Sosok yang membuatnya langsung pingsan ketika melihatnya. Dokkaebi (semacam goblin), yang mengaku bernama Bi. Semuanya semakin rumit ketika Min Jeong mengetahui bahwa Bi memiliki dendam pada Lee Gyeon, seorang lelaki di masa lalu yang sangat mirip dengan sahabatnya, Hyuk.


“Memangnya kau tidak akan dendam pada seseorang yang telah membuatmu dikurung di dalam bel angin jelek selama empat ratus tahun?” (p. 64)


Bi sendiri merasa kaget dengan perubahan yang terjadi di dunia ini. Banyak yang berubah—cara orang berpakaian, cara bicaranya. Ia yang sudah dikurung selama 400 tahun tentu saja merasa cukup kaget. Untuk menyesuaikan diri, ia pun merubah wujudnya menjadi seorang cowok ulzzang. Namun, dengan segala perubahan yang ada, Bi tidak pernah melupakan dendamnya pada Gyeon—Hyuk. Min Jeong yang mengetahui hal itu berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan Hyuk. Ia menyuruh Hyuk untuk tidak pernah menemuinya lagi dan menghubunginya lewat Ae Ri. Ia bahkan mencarikan mudang (dukun shaman) untuk mengusir Bi demi menyelamatkan lelaki itu.


Ya, melihat sorot matanya saat ia menerjang Hyuk, Min Jeong tahu Bi mungkin bahkan sadar bisa sampai membunuh Hyuk. Dan Min Jeong tidak mau itu terjadi (p. 68)


Untuk menahan Bi sendiri, Min Jeong mengancam makhluk itu dengan kacang merah (Dokkaebi takut pada benda itu) dan membuat perjanjian dengan Bi agar menunda pembalasan dendamnya sampai Min Jeong selesai menyelediki semua masalahnya. Karena itulah, sampai menunggu waktu pembalasan dendamnya, Bi memutuskan untuk tinggal bersama Min Jeong dan di depan ayah gadis itu, Bi berpura-pura menjadi pegawainya. Semakin lama Bi tinggal di dunia baru ini, ia semakin bersemangat untuk melakukan banyak hal yang bahkan Min Jeong tak pernah lakukan—berpakaian modis, bermain game online, clubbing.


“Kau senang hidup, Bi? Apa kau puas dengan hidupmu?”
“Tentu saja,” jawab Bi sambil memandang Min Jeong dengan tatapan ‘pertanyaan-bodoh-macam-apa-sih-itu’. “Memangnya kau tidak senang hidup? Kau tidak puas dengan hidupmu? Hidup ini kan menyenangkan.”


Semakin Min Jeong dekat dengan Bi, semakin banyak hal yang berubah dalam dirinya, juga hidupnya. Ia semakin terbiasa dengan kehadiran makhluk itu. Bi bukan hanya membantunya dalam pekerjaan, tapi dalam urusan personalnya. Bahkan, dengan keberadaan dan bantuan Bi, ayah Min Jeong bisa berubah lebih terbuka dan perlahan-lahan, jarak Min Jeong dengan ayahnya yang sudah lama begitu renggang, kini semakin terpupus.


Mungkin saja, mungkin penolakan Min Jeong ini merupakan bentuk pertahanan dirinya. Sebuah jarak yang sengaja diciptakannya sendiri dari orang di sekitarnya untuk melindungi dirinya. Seperti landak yang memunculkan duri-durinya ketika ia merasa terancam. Seperti kura-kura yang memilih masuk dalam tempurung ketika dipegang orang asing (p.212).


Semuanya berubah ketika Bi, yang merasa sudah akrab dengan Min Jeong, menceritakan masa lalunya—bagaimana ia bisa dikurung dalam bel itu. Setelah mengetahui hal tersebut, Min Jeong kerap melihat kilasan-kilasan dari masa lalu. Kilasan-kilasan tersebut membuat Min Jeong bertanya-tanya, apakah yang terjadi pada Bi dan Hyuk di masa lalu? Dan apa kaitan semua itu dengan dirinya?

Lalu … apakah Bi berhasil membalaskan dendamnya pada Hyuk?
.
.
.
.

“Bi, bagaimana kau bisa membenci orang sebegitu lama? Aku merasa lama-lama mulai lelah. Semakin lama aku jadi semakin tidak ingat apa yang menjadi pokok permasalahannya. Apa yang selama ini benar dan salah, apa yang diperjuangan dan diperdebatkan, rasanya …, lama-lama semuanya semakin hari jadi semakin kabur dan tidak berarti. Tapi, kenapa sulit sekali untuk mundur dan melepas semuanya?

.
.


Baca selengkapnya pada novel Bi! karya Fei ini! ^^


.
.
Bi! adalah novel debut dari Kak Fei—setelah sebelumnya lebih banyak berkolaborasi dengan penulis lain. Sebelum membaca novel ini, saya pernah membaca tulisan Kak Fei di novel Intertwine dan saya cukup kaget ketika menyadari betapa berbedanya Bi! ini.
Gaya tulisan Kak Fei dalam novel ini memang tidak jauh berbeda dengan tulisannya di Intertwine. Tapi, cara Kak Fei mengolah idenya ini menurutku sangat mengejutkan. Ide yang diambil tidak mainstream dan dengan gaya tulisan Kak Fei yang tidak bertele-tele dan cukup menyenangkan, premis yang ditawarkannya menurutku bisa dieksekusi dengan baik.
Ide mengenai mitos dokkaebi dari Korea Selatan ini menurut saya menarik. Well, saya belum pernah membaca novel remaja yang mengusung mitos di dalamnya, apalagi mitos dari negeri seberang sana. Saya kira riset yang dilakukan Kak Fei cukup baik. Saya yang tidak pernah mendengar soal dokkaebi kini bisa mendapatkan gambaran cukup jelas tentang makhluk gaib yang satu itu. Penggambaran dokkaebi pada Bi! oleh Kak Fei ini menurut saya sangat alami, tidak terlihat dipaksakan ada pada cerita—semuanya mengalir begitu saja bersamaan dengan perkembangan plot itu sendiri.
Plotnya sendiri mengalir dengan baik. Saya pribadi menyukai bagaimana Kak Fei mengembangkan berbagai konflik-konflik dari konflik utama. Konflik-konflik lain yang muncul secara bertahap membuat pembaca semakin penasaran. Diawali dengan konflik Bi yang ingin membalaskan dendamnya, hingga muncul masalah-masalah lain seperti cara Min Jeong untuk menahan Bi, urusan keluarga Min Jeong, hingga masalah hubungan pertemanan antara Min Jeong, Ae Ri dan Hyuk sendiri. Selalu ada saat dimana pembaca dibawa tersenyum akan interaksi antara karakternya, ada pula saat dimana pembaca tegang dengan konflik yang ada, bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya dan hal-hal itu yang membuat plot yang disuguhkan begitu menarik dan dinamis. Saya pribadi tidak dapat menebak alur cerita ini akan dibawa kemana—atau apa yang akan terjadi selanjutnya, namun saya menyukai alur yang dibuat Kak Fei ini. Saya juga suka bagaimana elemen-elemen kecil yang disinggung ternyata memiliki hubungan satu sama lain sehingga menjadikannya sebuah kesatuan cerita yang utuh ^^ tidak ada pertanyaan yang tidak terjawab, semua detail cerita ini bisa tergambarkan dengan baik sehingga ketika selesai membaca buku ini, kita bisa menutupnya dengan lega tanpa ada pertanyaan lagi yang menggantung ^^
Karakterisasi yang ditampilkan tokoh utamanya sangat kuat. Min Jeong adalah pribadi yang cukup ‘dingin’, tidak peka, keras kepala, tapi sangat peduli pada temannya dan juga pekerja keras. Bi sendiri—walaupun adalah sosok dokkaebi yang menyeramkan—tapi kepribadiannya yang riang dan asyik membuatnya cepat beradaptasi dengan dunia baru. Lucu sekali ketika membayangkan Bi—yang padahal sosok gaib—suka clubbing  dan bermain game online ^^ seiring dengan plot yang berkembang, pembaca bisa mengetahui karakter Bi yang walaupun diliputi dendam, tapi sebenarnya Bi itu sosok yang supel dan perhatian ^^ interaksi antara Bi dan Min Jeong cukup manis dan membuat geregetan. Mereka memang berada dalam dilema karena masing-masing memiliki tujuan sendiri, namun menurutku itulah yang menjadikan cerita ini begitu dinamis. Ayah Min Jeong, Ae Ri dan Hyuk sendiri memiliki karakter yang cukup menonjol. Saya suka bagaimana tokoh-tokoh pelengkap ini tidak benar-benar hanya menjadi sekadar ‘pelengkap’ saja, tapi juga memiliki peran yang cukup besar dan penting dalam perkembangan cerita ini.
Hampir tidak ada elemen yang mengganggu ketika saya membaca kisah ini. Penggunaan bahasa Korea pada beberapa kesempatan saya kira cukup membantu pembaca dalam membangun setting Korea. Namun, satu-satunya yang kurang berkenan bagi saya ketika membaca cerita ini adalah klimaksnya sendiri. Penyelesaian konflik utamanya menurut saya terlalu datar, terlalu mudah. Padahal dengan latar belakang konflik yang begitu dalam, pembangunan plot yang sudah baik, seharusnya penyelesaian konflik bisa dituliskan dengan lebih detail dan mengajak pembaca merasakan emosi tokoh-tokoh yang berkaitan :’)
Tapi, terlepas dari itu, tulisan Kak Fei dalam novel sangat menyenangkan untuk dibaca. Saya akan dengan senang hati menunggu tulisan Kak Fei selanjutnya yang saya harap bisa membawa ide-ide segar dan eksekusi yang baik seperti ini lagi ^^ baiklah dari karya ini, saya ingin menyampaikan nilai penting yang saya dapatkan bahwa—menyimpan dendam pada seseorang itu hanya akan melelahkan diri kita dan menghalangi kita untuk melihat dan menikmati hal-hal indah yang sebenarnya ada di balik kata ‘memaafkan’ :”))
.
.
.
.
Baiklah, sekian review novel Bi! dari saya!
Tertarik untuk membaca novelnya? BURUAN BACAAA! :”)))))
Sudah membacanya? Yuk atuh kita FANGIRLING-an! :”)))))))))))
.
.
.

“Kalau kau mau mendengarku, tidak perlu menolaknya, Agassi. Karena semakin kau menolak, sama saja dengan kau mengingkari dirimu sendiri. Dia berasal darimu, maka bisa dikatakan dia adalah bagian darimu.” (p. 95)

.
.

Me:
IT'S UNEXPECTED GOOD BOOK!



Open to Fangirl:
dokkaebi di korea:
ng ......
dokkaebi di tangan kak Fei:
HASTAGAAAAA
ME:
OK TAECYON EXPRESSION REALLY LIKE MINE



0 comments:

Post a Comment