Wednesday 30 December 2015

[review] Khokkiri by Lia Indra Andriana



Judul : Khokkiri
Penulis : Lia Indra Andriana
Penerbit : Penerbit Haru
Tahun Terbit : 2011
Cetakan : Pertama
Spesifikasi : 20 cm, 308 halaman
Jumlah Bab : 33 (Tiga puluh tiga)
Harga : Rp. 46.000,-
Durasi Baca : 26-30 Desember 2015
Kepemilikkan : Meminjam dari Dhenda Fildza
Rate : 4.5 of 5 ^^
.
.
.
..
.
Sinopsis;

“Kusimpan seuntai kenangan abadi tentangmu”
Becca. Adriel Jo. Richard. Della. TOP. Lucie. Penulis. Fotografer. Dokter. Penerjemah. Blogger. Teman. Saudara. Kekasih. Tunangan.
Mereka telah mengikrarkan kesetiaan untuk tak saling melupakan. Namun, kenyataan bahwa mereka hanyalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan memori, tak dapat diubah.
Meski ego mereka bersikeras tak ingin dilupakan, namun ketika salah satu dari mereka harus menghilang dari kehidupan orang terdekatnya, semua memori yang telah dirajut dan disimpan seolah tidak pernah ada.
Adakah jalan bagi memori itu untuk kembali?
Benarkah memori yang tersimpan itu tidak akan pernah pudar seperti janji setia yang pernah pudar seperti janji setia yang mereka ucapkan?

.
.

Kehilangan waktunya adalah hal yang biasa. Itu bukanlah kehilangan waktu. Itu usaha tubuhnya untuk menghindari kenyataan pahit tersebut dan tubuhnya menidurkan diri lebih banyak dari biasanya.

Kehidupan Becca berubah ketika ia bertemu dengan Adriel, bosnya yang tiba-tiba datang dan mengkritik tagline yang ia buat secara susah payah. Lelaki itu memberikan kamera pada Becca dan tidak mengatakan apapun. Becca pun menumpahkan kebingungannya pada sang bos di blog pribadinya. Tanpa disangka, seseorang yang memiliki akun TOP kemudian sering mengomentari posting-annya—yang kadang membuatnya kesal. Ternyata, TOP adalah bosnya sendiri. Hubungan mereka pun berkembang ke arah yang positif. Hal-hal kecil yang dilakukan oleh Adriel membuat Becca merasa nyaman dengan lelaki itu.

Dunia maya memang mengagetkan. Itulah sebabnya Becca tidak pernah mau berhubungan langsung dengan para penghuni dunia maya. (p. 83)

Di sisi lain, Della yang bertunangan dengan seorang dokter, Richard, sedang mengalami suatu fase aneh dalam dirinya. Ia tiba-tiba terbangun dalam keadaan tidak mengingat apapun. Della pun mengatakan pada sang kekasih kalau ia mungkin mengidap sleepwalking. Richard yang khawatir mencoba bersikap rasional, namun ia malah mempertanyakan hal tersebut. Tanpa disangka, setelah itu Della pun menghilang.

“Hey, I Love you, okay?” bisik Richard di telinganya. “Dan aku tahu ada sesuatu yang terjadi. Kau mengirimkan SMS aneh padaku, Della. Memintaku tidur denganmu. Aku tahu itu bukan kamu. Kumohon, beritahu aku apa yang terjadi. Apa kau berusaha menjauhkanku darimu?” (p. 51)

Richard mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kekasihnya tersebut. Ia sampai terbang ke korea untuk menemukan Della. Namun, bukannya menemukan Della, Richard menemukan hal lain—bahwa mungkin apa yang diderita kekasihnya bukanlah sleepwalking, bahwa mungkin Della bukanlah Della. Pusing mencari keberadaan Della, ia pun memutuskan untuk bertemu dengan Adriel, adik tirinya. Namun, betapa kagetnya ia melihat Della yang selama ini dicarinya kini duduk bersama Adriel dan dikenalkan sebagai pacar lelaki itu yang bernama Becca.

“ … Belasan. Satu demi satu bergantian keluar. Aku yang mengaturnya. Aku suka tugas ini. Aku yang paling kuat, jadi bisa mendorong siapa saja keluar, atau membunuhnya. Kau tahu, rasanya seperti menjadi Tuhan.” (p. 227)

Kejadian tersebut membuat kedua saudara berbeda ibu itu menjadi renggang. Mereka pun berusaha untuk mencari tahu siapa sebenarnya Della dan Becca. Lalu, kehadiran pribadi yang mengaku bernama Lucie dari tubuh itu membuat semuanya menjadi semakin rumit. Apa sebenarnya yang terjadi pada Della, Becca dan Lucie? Apakah dengan konflik pelik yang terjadi akan membuat mereka melupakan janji mereka pada masing-masing pasangannya?
.
.
.
.
“Bagaimana kalau aku tiba-tiba lupa, Oppa? Kalau aku lupa malam ini? Kautahu aku tidak pandai mengingat,” …
“Kamu adalah Khokkiri. Gajah selalu ingat,” … (p. 260)
.
.

Baca selengkapnya pada novel Khokkiri karya Lia Indra Andriana ini! ^^

.
.
Khokkiri adalah tulisan solo Kak Lia pertama yang saya baca. Sebelumnya saya pernah membaca tulisan beliau di seri Oppa & I juga pada Intertwine. Pengalaman pertama ini cukup mengesankan bagi saya.
Sebenarnya, hal pertama yang membuat saya tertarik pada novel ini adalah judul dan covernya. Di telinga saya, judul ‘khokkiri’ ini sangatlah catchy dan mengundang pertanyaan; apa artinya? Akan seperti apa ceritanya? Setelah itu, judulnya yang didominasi warna gelap pun nampak agak ‘nyeleneh’ dengan kemunculan gajah animasi berwarna biru. Membaca sinopsisnya pun, saya tidak bisa mengira-ira akan seperti apa cerita yang ditampilkan Kak Lia. Dan ternyata memang cerita pada novel ini memang tidak tertebak.
Secara garis besar, novel ini mengambil tema drama psikologi dengan bumbu romansa di dalamnya. Drama psikologi yang dimaksud pun bisa disajikan dengan cukup baik—well, barangkali untuk menghindari spoiler, maka saya tidak akan menuliskan lebih mendetail soal itu. Namun, karena sejak awal saya sudah curiga mengenai apa koneksi di antara Becca, Della dan Lucie, saya bisa menebak apa yang terjadi dengan mereka. Namun bagi saya, yang tidak tertebak adalah apa yang melatarbelakangi terbentuknya hubungan mereka. Alur cerita yang menggunakan pov orang ketiga secara bergantian baik dari Becca, Della, Lucie, Adriel maupun Richard membuat pembaca bisa mengetahui pemikiran berbagai karakter secara sekaligus. Membaca karya ini seperti sedang bermain teka-teki =)
Awalnya, konflik tidak terlalu jelas, namun lama kelamaan, konfliknya semakin kompleks dan membuat kita (saya) tidak bisa melepaskan buku ini hingga akhir. Pada awalnya, cerita masihlah tenang dan cenderung manis karena mengisahkan bagaimana kedekatan antara Becca-Adriel maupun Della-Richard. Namun, konflik semakin tegang ketika Della menghilang dan Richard menemukan salah satu kemungkinan mengenai apa yang terjadi pada tunangannya tersebut. Saya kira dari pertengahan cerita hingga akhir, tensi cerita semakin menegangkan—membuat kita bertanya-tanya akan seperti apa akhirnya. Selain drama psikologis dan romansa, konflik keluarga yang dialami sejumlah tokoh juga membuat drama ini semakin kompleks.
Walaupun memiliki tokoh yang cukup banyak, saya kira penokohannya cukup baik. Tokoh pelengkap seperti ayah Adriel-Richard juga ayah Della cukup berperan dalam alur cerita. Dari berbagai tokoh yang ada, hatiku (hatiku) terpikat oleh Adriel. Sosoknya yang pendiam dan kaku ini ternyata bisa melakukan hal-hal kecil yang sangat romantis seperti menempelkan post-it pada laptop Becca dan memotret rute perjalanan untuk Becca =”) he’s da man! Namun, yang lebih menarik lagi menurut saya adalah interaksi di antara berbagai tokoh yang ada. Saya suka bagaimana interaksi antara Adriel dan Becca yang perkembangannya pelan tapi manis dan pasti (I ship them, btw. Their interaction in Becca’s blog it’s just precious). 
Namun, menurut saya yang menjadi kekuatan dalam karya ini adalah bagaimana pengembangan konfliknya yang sangat terstruktur. Saya suka bagaimana ada hubungan sebab-akibat yang sangat kuat dalam karya ini. Mungkin, bila ada hal yang mengganggu itu adalah ending-nya. Well, secara personal saya merasa ending-nya kurang greget karena dengan pembangunan tensi yang luar biasa sejak pertengahan cerita hingga akhir sudah sangat baik, namun sekali lagi itu hanya dari sudut pandang saya saja.
Secara keseluruhan, membaca Khokkiri ini adalah pengalaman yang menyenangkan. Saya rasa ini pertama kalinya saya membaca novel Indonesia dengan tema seperti ini dan saya menyukai bagaimana Kak Lia menuliskannya. Ah! Khokkiri itu berarti gajah (si gajah dalam cover). Dan setelah membaca ini, saya tidak bisa melihat gajah dengan cara yang sama lagi :”) btw, satu hal yang bisa saya ambil dari novel ini adalah tindakan yang mungkin menurut kita kecil, sepele ataupun tidak penting mungkin bisa berdampak besar bagi orang lain. Hubungan sebab-akibat selalu ada, maka dari itu berhati-hatilah :”)
.
.
.
Baiklah, sekian review novel Khokkiri dari saya!
Tertarik untuk membaca novelnya? BURUAN BACAAA! :”)))))
Sudah membacanya? Yuk atuh kita FANGIRLING-an! :”)))))))))))
.
.
.
“Gajah terbang bisa melupakan semuanya dalam sekejap,” bisik Becca. “Kamu tidak punya sayap. Aku tidak akan membiarkanmu terbang,” … (p. 260)










0 comments:

Post a Comment